Minggu, 11 November 2012

Sang Pelancong

ritual ini adalah semacam eksodus sayap-sayap angin bergerak balik arah aku menatap wajah-wajah menahan rindu hendak pulang ke kampung halaman sementara, aku dikagetkan diriku sendiri tak bisa mengelak digilas waktu tak kuduga kulitku sudah mengendur perlahan rambut ini memutih panca indraku menjadi lemah tapi, aku masih bisa mencium mana bau terasi asli atau yang palsu masih bisa kubaca kemana arah pikiranmu ketika punggungku ditepuk waktu aku gelagapan seperti ditanya dalam bahasa asing perlahan detak jantungku reda seperti bergumam bicara pada diri sendiri kamu sudah hapal betul kemana arah pulang kenapa tak bosan menjadi pelancong? Tertegun, saat matahari hampir tenggelam mudik telah menjadi mantra sakti mengalahkan negara, menarik arus nafas dan di bumi di planet yang dipenuhi prahara aku mengembara sebagai orang asing kujelajahi kota-kotanya kureguk rasa anggur-madunya hingga mabuk, lupa kemana akan pulang ini bukan kutukan, kataku, sedikit menghibur sambil terus menggelindingkan batu besar misteri dalam gerak pikir meneruskan nasib sisifus aku berada disini bukan terdampar adalah sebuah keharusan tak bisa ditolak setiap gerak langkah adalah perintah ya, sebagai pelancong aku butuh hiburan kita harus tertawa tapi tidak perlu berlebihan dengan diproduksi secara industri cukup, satu puisi dan kita hidup selayaknya manusia 2012

0 komentar: