Selasa, 29 September 2009

Kado Ulang Tahun SBY

REZIM SBY TAK AKAN MEMBAWA PERBAIKAN
DAN PERUBAHAN ITU HANYA SEMU, FIKTIF BELAKA

Bulan oktober 2009 secara hukum pasangan presiden terpilih Dr.H.Susilo Bambang Yudoyono dan Budiono akan segera dilantik sesuai agenda KPU sebagai presiden Republik Indonesia untuk kedua kalinya, tentu segenap rakyat Indonesia menantikan gebrakan baru (surprise) dari pasangan presiden yang meraih mandate 61 % suara dari rakyat. Ada yang beda dari SBY saat kampanye pilpres pertama dan yang kedua, kampanye pertama SBY banyak mengumbar janji dengan kata-katanya “Saya akan..”dan “Bersama kita bisa…” tapi pada kampanye pilpres yang kedua kalinya, SBY secara diplomatis bicara dengan cukup bijak “saya tidak akan banyak janji karena waktu lima tahun tidak cukup untuk melaksanakan program-program saya, berilah waktu insyaAllah amanat yang berat ini akan kita laksanakan secara bersama-sama,” kurang-lebih seperti itu dari pidato-pidato SBY yang dapat saya tangkap, sambil diseling iklan dari sabang sampai meuroke yang diplesetkan dari iklan indomie, “Indomie seleraku..” jadi “SBY presidenku…” mengapa perubahan itu hanya semu dan piktif belaka? Mudah-mudahan ini bukan doa dan bukan juga analisis empiris dari seorang profesor, melainkan hanya prasangka “syu’udzan” saya yang tidak terakomodir menjadi menteri di Kabinet Baru SBY. Oleh sebab itu saya tidak perlu membahas secara ilmiah tapi sekenanya saja seperti mulutnya juru bicara kepresidenan. Sebagaimana diramalkan oleh para pengamat dan analis politik yang asli bahwa kabinet di pemerintahan SBY tidak akan jauh berbeda dengan kabinet sebelumnya yaitu merupakan representasi dari partai pendukung dan kelompok professional yang termasuk kroninya. Yang bukan kroninya tidak ambil bagian, maka bagi yang suka mengkritik SBY jangan pernah berharap diangkat jadi menteri, memang rumusnya sudah begitu.
SBY yang dibecking parlemen cukup kuat, dia lebih percaya diri, apa lagi suara democrat sangat signifikan sehingga tanpa partai pendukung (koalisi) SBY tetap dia akan melenggang ke istana, nyaris partai pendukung hanya sebagai penggembira. Bisa dilihat bagaimana ngototnya pimpinan partai yang tidak diajak bicara soal penentuan capres, walaupun akhirnya mereka luluh juga. Saya tidak tahu bagaimana sikap mereka nanti jika tidak terakomodir dalam kabinet, apakah mereka tetap akan bersabar, kita tunggu saja apa yang akan terjadi. Mungkin nasibnya tidak jauh beda dari Mas Yusril Ihza Mahendra, Alwi Shihab, dan Hammid Awwaludin, yang sejak pertama menjadi pendukung setia dan ditengah perjalanan diturunkan dan ditinggalkan. Menyedihkan memang tapi itu sudah konsekwensi politik harus menerima menjadi korban seorang raja, tidak tahu apakah mereka dapat pesangon nggak ya..?
Bagi anda yang objektif dan pendukung panatik SBY wajib marah ketika membaca tulisan ini, anggap ini fitnah dan pencemaran nama baik presiden, segeralah laporkan ke polisi dan tangkap saya. Apa yang musti diedit dari SBY, tidak ada, nyaris kinerja SBY sangat sempurna. Dia pekerja keras, bertanggung jawab, taat beribadah, santun, cerdas dan intelek, tidak korup. Terbukti dia dapat menyelesaikan problem kebangsaan dari mulai perdamaian di Nangroe Atjeh Darussalam, rehabilitasi pasca tsunami di Atjeh, pemberantasan korupsi, kenaikan gajih bagi PNS, Bantuan Tunai Langsung (BLT) pembagian Gas Elpiji gratis, dana pendidikan dan banyak lagi program SBY yang sangat sukses, maka kalau prasangka saya itu salah pantaslah saya dikutuk oleh SBY dan kroninya. Kalau saya diberi tawaran (pilihan) mau dikutuk jadi apa? Tentu saya tidak memilih jadi batu tapi saya akan memilih minta jadi konseptor penulis naskah pidato SBY atau juru bicara presiden, insyaAllah saya akan menulis atau bicara dengan sejujur-jujurnya, tidak asal babe senang.
Kemenangan SBY cukup monumental dan spektakuler dialam demokrasi versi Indonesia, dia sangat mudah melenggang ke istana, tanpa hambatan sedikit pun, terbukti dia berhasil menyisihkan rivalnya sejak pilpres pertama. Apa lagi pilpres yang kedua tanpa kampanye pun SBY akan menang, begitulah coletahan saya pada saat itu. Mengapa SBY menang? Ini bukan keberuntungan tapi takdir dan nasib baik berpihak kepadanya, rakyat Indonesia sangat cerdas juga sangat pragmatis. Terbukti Partai Demokrat menjadi sangat popular dan memenangkan pemilu 2009. Itulah rakyat Indonesia yang tahu berterima kasih, walaupun ada partai yang cukup lama aktif melakukan aksi social di masyarakat, baik disebuah kampong atau desa, partai ini sangat rajin baksos, kalau ada bencana partai ini lebih dulu hadir, bahkan katanya partai ini bisa dibilang bersih. Tapi sayang partai ini bukan selera rakyat Indonesia, maka pantaslah air susu dibalas air tuba, tapi partai yang tidak pernah berbuat apa-apa bahkan datang secara tiba-tiba, dengan mengagetkan menjadi pemenang pemilu, siapa yang aneh ya..rakyat atau saya?
SBY memang selera rakyat Indonesia seperti Indomie, dia memiliki karakter (kultur) kejawa-an, sangat santun, jaga wibawa, tidak banyak bicara, juga ganteng (kata kaum Hawa) dia mewarisi aura mantan Presiden Soeharto, kalem dan laer aisan (penuh pertimbangan) tidak getasarupateun. SBY Indonesia banget githu loh, maka rakyat Indonesia dijamin tidak akan kecewa, kebijakan apapun yang dilakukan SBY dan saya ingatkan kepada elit partai sekejam apapun kritik anda terhadap SBY tidak akan mempan, dia terlanjur dicintai oleh kaum Hawa.
Mengapa SBY menurut saya tidak akan membawa perbaikan, dan perubahan yang dijanjikan itu semu, fiktif belaka?
Pertama SBY seorang reaksioner, saya tidak bilang dia tidak visioner. Kebijakan-kebijakan SBY merupakan reaksi terhadap problem social dan problem kebangsaan yang instans. Diawal pemerintahan SBY diuji oleh tragedy sunami di Atjeh, SBY sangat cepat mengatasi dan sukses mengembalikan Atjeh, yang sebenarnya ini adalah keberuntungan bagi SBY untuk menutupi kelemahannya, diawal pemerintahannya saya melihat SBY cukup nervous, tidak tahu karena memang baru kally ya…jadi presiden atau dia tidak enak dengan rival yang kalah seperti Amien Rais yang super vocal dalam mengkritik, yang jelas SBY tidak cukup comvident karena suara partainya cukup kecil.
Dan masa akhir jabatannya sebagai Presiden, juga awal masa jabatannya sebagai Presiden untuk kedua kalinya, SBY sangat power full, percaya diri dan mulai tegas dalam bersikap dan mengambil kebijakan, dan tetap SBY seorang reaksioner bisa dilihat dalam penanganan kasus terorisme, SBY mirip dengan Soeharto secara diam-diam memata-matai kegiatan ceramah para ustadz dan Kiai di pengajian-pengajian. Apa ini namanya? Pemerintah sudah menaruh curiga yang berlebihan dan mengontrol rakyat dengan tidak etis. Apa prestasi SBY yang sesungguhnya, tidak ada prestasi yang signifikan selain menyisakan masalah baru, dan rusaknya budaya keindonesiaan. Kemiskinan dan ketidak adilan terjadi sampai ke pelosok terpencil, SBY boleh berkilah “Presiden juga manusia…” Siapa pun Presidennya tidak seorang pun akan mampu membawa perubahan bagi Indonesia, tapi mengapa dalam kampanye menjanjikan perubahan kalau memang tidak mampu? SBY telah bekerja keras siang-malam, ya…memang kewajiban SBY sebagai Presiden, tidak perlu itung-itungan jasa suruh siapa mau jadi Presiden, kalau masih mengeluh dan berapologi ya berhentilah jadi Presiden.
Kedua SBY dipilih secara instant, pemilihan langsung yang melibatkan rakyat secara langsung juga cukup riskan dengan kebohongan public. Sosok seorang pemimpin dipilih seperti memilih Miss Univers, Putri Indonesia, Indonesia Idol atau KDI yang penuh polesan, sehingga rakyat yang selera dan pemikirannya cukup tertinggal sangat mudah untuk digiring pada sebuah opini yang menyesatkan. Politik pencitraan yang selama ini lagi booming dijalankan oleh para elit politik cukup jitu untuk meraih kekuasaan. Mengapa SBY terkesan dipilih secara instant? Padahal SBY cukup berpengalaman di Pemerintahan, selain mantan Jenderal juga SBY pernah terlibat di Kabinet Presiden Abdurahman Wahid dan di Kabinet Presiden Megawati Soekarno Puteri, ini bekal yang sangat cukup, kalau begitu saya hanya mengada-ada saja. Terserah anda, dan saya mengatakan begitu. Rakyat Indonesia punya selera tersendiri soal presidennya dan ini yang dinamakan instant itu, rakyat hanya dikelabui model iklan yang penuh pencitraan, tidak melihat isi tapi kemasannya. Dan ini syah di Negara yang sedang dimabuk demokrasi.
Ketiga yang menjadikan SBY tidak akan membawa perbaikan dan perubahan yang berarti bagi bangsa Indonesia dikarenakan SBY berada ditangan mafiaCeli. Sekelompok orang yang telah berjasa membangun pencitraan bagi SBY, mirip seperti produser yang bekerja secara professional yang tidak pernah berfikir apakah calon presiden itu bisa membawa perubahan atau tidak, tetapi berfikir apakah seorang calon presiden itu bisa dijual kepada rakyat atau tidak. Layaknya mafia di Negara lain, mereka tidak pernah berpikir siapa yang berkuasa, siapa pun yang berkuasa mereka tidak mau perduli, tapi bagaimana mereka turut berperan dan ambil bagian dalam mengendalikan kekuasaan. SBY terlanjur berhutang budi dan ketergantungan itu bagaimana pun tidak bisa dihindarkan. Demikian sekelompok mafia yang oportunis itu, bisa merapat kepada siapa saja, kepada birokrat dan kepada konglomerat. Begitulah siapa pun presidennya sekelompok orang ini adalah guritanya yang menguras uang Negara.
Tiga alasan ini tidak cukup untuk menjustifikasi kegagalan SBY, tidak perduli kebijakan ekenomi apa yang akan dilakukan SBY, mau Liberal kek atau kerakyatan sekali pun selama yang ketiga point itu lekat dalam kekuasaan SBY, saya yakin SBY tidak akan bisa berbuat apa-apa. Semoga prasangka ini tidak benar!!

Swiss Van Java, 9 September 2009

0 komentar: