Selasa, 29 September 2009

Puasa dan Mobilisasi Ekonomi

Bulan ramadhan bukan saja sebagai kawah candradimuka spiritual, yaitu bulan yang penuh berkah, maghfirah dan ampunan. Setiap amal perbuatan diganjar beberapa kali lipat ganjaran, bahkan tidur sekalipun bagi yang melaksanakan puasa akan diberi ganjaran. Bulan yang sangat istimewa karena mujizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW adalah turunnya Al-Quran di malam 17 Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan pertemuan dua ruang spiritual dan material, pertemuan budaya dan syari’ah, walaupun pada akhirnya dua ruang itu tidak terisi dengan seimbang, menjadi ironis dan menjadi serba formalitas. Kekhusuan bulan ramadhan yang seyogyanya menjadi ruang kontemplasi, bermuhasabah dan bertaubat, realitas yang sesungguhnya memang jauh dari tuntunan syar’i. walaupun demikian tetap ramadhan telah memberikan segalanya, baik dimensi ruhani maupun dimensi duniawi, yang merupakan kemaha kerenan gusti Allah yang telah memerintahkan berpuasa sebulan lamanya kepada manusia yang beriman.
Banyak rahasia dan hikmah yang terlupakan, lupa berterima kasih, lupa bersyukur dan lupa bahwa Allah punya rencana lain sebalik setiap segala perintahnya.
Apa hubungannya puasa dengan tumbuh kembangnya perekonomian? Secara factual memang tidak bisa disangkal, ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, termasuk hidupnya pasar dan perdagangan. Menjelang bulan ramadhan harga-harga sudah terbiasa naik dan tetap konsumen berdesakan untuk belanja. Begitu juga menjelang ‘idul fitri atau lebaran semua berpacu membeli baju baru dan semua kebutuhan untuk merayakan hari raya, budaya seperti ini terus berulang menjadi rutinitas. Terlahirlah budaya dan pernak-perniknya, semacam bukber (buka bersama) semua instansi baik swasta mapun pemerintah berlomba melakukan buka bersama. Jalanan jadi lebih macet lagi karena semua orang turun ke jalan untuk ngabuburit, tradisi mudik juga menjadi problem social yang tidak terpecahkan oleh pemerintah, kemacetan arus mudik dan arus balik sudah menjadi pemandangan biasa. Ramadhan menjadi alasan bagi lembaga Negara untuk mengkorup uang rakyat secara berjama’ah, Anggota Dewan meminta jatah tambahan, Bupati membagi-bagi THR yang memang bukan uang miliknya tapi uang milik Negara juga milik rakyat.
Tak kalah tragisnya, saking penuh berkahnya ramadhan juga memberi penghasilan yang cukup bagi para pengemis yang jumlahnya sering bertambah di bulan ramadhan, bulan beramal ini cukup jitu untuk memaksa orang-orang bersedekah, begitulah cara tuhan mengajarkan kasih-sayang, saling mencintai antar sesama. Kaum du’afa mendapat perhatian lebih baik, rumah-rumah yatim banyak yang mengunjungi, ramadhan memberi keberkahan bagi mereka yang pada bulan yang lainnya sering terlupakan.
Rahasia bulan ramadhan inilah yang menawarkan dimensi spiritual dan social, kebutuhan setiap orang meningkat dan secara budaya dipaksa untuk menjadi masyarakat konsumeristik, kebutuhan pemenuhan makanan didahulukan, minimal lauk-pauk harus selalu ada tentu bagi yang tidak punya penghasilan cukup pun akan memaksakan. Di tengah fenomena yang memprihatinkan, segala ironisme dan kemunafikan mengotori kekhusuan beribadah, semoga tidak mengurangi keberkahan yang diberikan Allah SWT bagi ummat manusia. Semoga!!


Swiss Van Java 17 Ramadhan 1430 H

0 komentar: